PIRAMIDA EKOLOGI
Hubungan organisme pada tingkat trofik ekosistem digambarkan dalam bentuk
piramida. Semakin ke atas bentuk piramida semakin mengecil. Inilah yang disebut
dengan piramida ekologi. Piramida ekologi adalah piramida abstrak yang
menunjukkan hubungan struktur trofik dan fungsi trofik komponen-komponen biotik
ekosistem. Berikut contoh gambar piramida ekologi.
Di dalam piramida ekologi produsen (tingkat trofik I) selalu berada di bagian dasar
piramida. Konsumen primer (tingkat trofik II) berada tepat di atas produsen dan
konsumen sekunder (tingkat trofik III) berada di bagian atas konsumen primer. Anda
bisa amati bahwa semakin tinggi tingkat trofik suatu organisme semakin sedikit
proporsinya di lingkungan.
Piramida ekologi berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 3, yaitu piramida jumlah,
piramida biomassa, dan piramida energi. Masing-masing tipe memiliki kelemahan
dan kelebihan dalam menggambarkan hubungan antara struktur dan fungsi
trofiknya.
a. Piramida Jumlah
Tipe ini menunjukkan jumlah relatif organisme pada suatu area dengan melihat
hubungan antara predator dan mangsanya. Pelopor teori ini adalah Charles Elton
(ahli ekologi Inggris) pada abad ke 20. Jumlah organisme dihitung dalam satuan luas area tertentu. Di dalam piramida jumlah semakin tinggi tingkat trofik
organisme semakin sedikit jumlahnya di lingkungan.
b. Piramida Biomassa
Biomassa adalah taksiran massa organisme (biomassa) tiap satuan luas yang mewakili tiap
tingkat trofik pada waktu tertentu Massa kering tiap individu dalam suatu
ekosistem ditimbang dan dicatat. Ukuran yang digunakan biasanya
menggunakan gram (massa kering organisme) per satuan luas (gr/m2 atau
kg/ha). Piramida biomassa dibuat berdasarkan massa total populasi organisme
pada suatu waktu. Cara ini dianggap lebih baik dalam menggambarkan
hubungan tingkat trofik komponen biotik daripada piramida jumlah.
Piramida biomassa dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Piramida Biomassa Tegak; menggambarkan massa gabungan semua produsen
yang lebih besar daripada massa gabungan tiap tingkatan
konsumennya, biasanya terjadi pada ekosistem
darat.
2) Piramida Biomassa Terbalik; menggambarkan massa gabungan dari
produsennya lebih kecil daripada massa gabungan tingkatan konsumen di
atasnya, contohnya adalah pada ekosistem perairan.
Gambar piramida biomasa terbalik dan piramida biomasa tegak
Sumber : www.informazone.com
c. Piramida energi Piramida energi menggambarkan hubungan tiap organisme pada tingkatan trofik
sesuai perpindahan energi yang dimulai dari produsen hingga konsumen puncak. Di
dalam piramida energi, aliran energi yang diterima setiap kelompok trafik akan
mengalami penurunan pada tiap kelompok trofik selanjutnya. Dengan demikian,
tiap kelompok trofik akan membentuk semacam piramida dengan produsen sebagai
penerima dan pemilik energi terbesar diikuti kelompok trofik berikutnya.
Semakin berkurangnya aliran energi pada tiap kelompok trafik ini disebabkan oleh
beberapa hal berikut:
1) Tidak semua bagian makanan dapat dimakan dan dicerna, sehingga ada yang
tersisa dan ada yang menjadi kotoran (residu).
2) Hanya ada beberapa saja dari makanan yang dimanfaatkan oleh organisme
pada tingkatan trofik berikutnya.
3) Sebagian energi yang diperoleh dikonversi terlebih dahulu sebagai sumber
energi untuk beraktivitas.
PRODUKTIFITAS EKOSISTEM
Energi dapat berubah menjadi bentuk lain, seperti energi kimia, energi mekanik,
energi listrik, dan energi panas. Perubahan bentuk energi menjadi bentuk lain ini
dinamakan transformasi energi. Sumber energi utama bagi kehidupan adalah cahaya
matahari. Energi cahaya matahari masuk ke dalam komponen biotik melalui produsen
(organisme fotoautotropik) yang diubah menjadi energi kimia tersimpan di dalam
senyawa organik. Energi kimia mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai
tingkat tropik melalui jalur rantai makanan. Energi kimia tersebut digunakan
organisme untuk pertumbuhan dan perkembangan.Kemampuan organisme-organisme
dalam ekosistem untuk menerima dan menyimpan energi dinamakan produktivitas
ekosistem.
Produktivitas ekosistem yaitu keseluruhan sistem yang dinyatakan dengan biomassa
atau bioenergi dalam kurun waktu tertentu. Produktivitas ekosistem merupakan parameter pengukuran yang penting dalam penentuan aliran energi total melalui
semua tingkat trofi dari suatu ekosistem. Produktivitas ekosistem terdiri dari
produktivitas primer dan produktivitas sekunder.
a. Produktivitas primer
Produktivitas primer adalah kecepatan organisme autotrop sebagai produsen
mengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia dalam bentuk bahan
organik. Hanya sebagian kecil energi cahaya yang dapat diserap oleh
produsen. Produktivitas primer berbeda pada setiap ekosistem, yang terbesar ada
pada ekosistem hutan hujan tropis dan ekosistem hutan bakau.
Seluruh bahan organik yang dihasilkan dari proses fotosintesis pada organisme
fotoautotrop disebut produktivitas primer kotor (PPK). Lebih kurang 20% dari PPK
digunakan oleh organisme fotoautotrop untuk respirasi, tumbuh dan berkembang.
Sisa PPK yang baru disimpan dikenal sebagai produktivitas primer bersih (PPB).
Biomassa organisme autotrop (produsen) diperkirakan mencapai 50%-90% dari
seluruh bahan organik hasil fotosintesis. Hal ini menunjukkan simpanan energi
kimia yang dapat ditransfer ke trofik selanjutnya melalui hubungan makan dimakan
dalam ekosistem.
b. Produktivitas sekunder
Produktivitas sekunder adalah kecepatan organisme heterotrop mengubah energi
kimia dari bahan organik yang dimakan menjadi simpanan energi kimia baru di
dalam tubuhnya. Energi kimia dalam bahan organik yang berpindah dari produsen
ke organisme heterotrop (konsumen primer) dipergunakan untuk aktivitas hidup
dan hanya sebagian yang dapat diubah menjadi energi kimia yang tersimpan di
dalam tubuhnya sebagai produktivitas bersih. Demikian juga perpindahan energi ke
konsumen sekunder dan tersier akan selalu menjadi berkurang. Perbandingan
produktivitasbersih antara trofik dengan trofik-trofik di atasnya
dinamakan efisiensi ekologi. Diperkirakan hanya sekitar 10% energi yang dapat
ditransfer sebagai biomassa dari trofik sebelumnya ke trofik berikutnya.

Dalam rantai makanan tidak semua energi dari satu tingkatan trofik ke tingkatan trofik
berikutnya berpindah secara sempurna, selama perjalanannya energi terus berkurang
karena hilang ke lingkungan selama perpindahan dari tumbuhan ke konsumen primer
dan dari konsiumen primer ke konsumen sekunder dan seterusnya. Hilangnya energi
tersebut karena digunakan untuk proses respirasi oleh semua tingkatan trofik di
sekosistem.
Selain itu, kehilangan energi yang paling besar adalah antara tumbuhan dan konsumen
primer (herbivora). Hal ini terjadi karena:
1) tidak semua bagian tumbuhan dimakan oleh herbivora, misalnya jaringan batang
dan akar.
2) tidak semua bagian tumbuhan dicerna secara sempurna oleh herbivora, karena
tidak bisa terserap sempurna oleh pencernakan. misalnya serat kasar.
3) kehilangan energi sebagai panas selama dicerna di sistem pencernakan konsumen.